Thursday, February 26, 2004

" DOA "

Tuhanku,
aku ingin menikah dengannya
mohon diijinkan
Amien

Wednesday, February 25, 2004

Pusing...
Berikut laporannya:

SELASA
1. Meeting malam ini menghasilkan keputusan, mulai besok, 25/02, selama dua minggu harus selesaiin episode Tengku Amir Hamzah (Sastrawan Angkatan Pujangga Baru), dan Syumanjaya (Sutradara Film), dengan masing-masing narasumber sejumlah 7 orang.

2. Tgl. 15 Maret udah harus berangkat ke Bali (BALI ne'!), buat liputan 4 tokoh, antara lain; Nyoman Lempad (Pelukis), Ni Ketut Cenik (Penari Bali), I Made Cokot (Pematung), Umbu Landu Paranggi (Sastrawan), terus ke Surabaya buat liputan HOS Cokroaminoto sebagai Tokoh Pendidikan.

Laporan minggu lalu:

1. Setelah pulang hari Jumat tanggal 06 Feb, selama seminggu gue terkapar di rumah, sakit berat. Ya flu, ya batuk, ya meriang, semuanya. Mungkin karena hari Sabtu-nya langsung ngehajar Citos bareng Enich ma Ange, ngopi sampe tengah malem.

SENIN
Masuk kantor, orang-orang INDRA lagi gegap-gempita nyiapin event Launching Buku Maestro Vol. I, sekaligus syukuran atas penayangan Maesto yang udah mencapai 100 episodedi Metro TV.

Acara dilangsungkan di Hotel JW Marriott hari Kamis, tanggal 19 Feb jam 19.00-21.30. Duaratus undangan disebar ke Kedubes, Pers, Budayawan, Politikus, dan tokoh-tokoh yang pernah jadi profil Maestro berikut narasumbernya. Buku Maestro yang dicetak sebanyak seribu itu (kerjasama dengan Sampoerna), dibagikan cuma-cuma ke para undangan, juga disebarkan ke perpustakaan-perpustakaan di Indonesia dan ke Kedubes-kedubes asing. Pengisi acara tersebut; Idris Sardi (Maestro Biola), Mimi Rasinah (Maestro Topeng Indramayu), dan Sutardji Calzoum Bahri (Presiden Penyair Indonesia). Sedangkan yang kasih komentar tentang program Maestro; Rosihan Anwar (Wartawan Senior), AT Mahmud (Pencipta Lagu Anak-anak), dan Nyoman Nuarta (Pematung).

SELASA
Dapet kerjaan dadakan (dan URGENT) dari Produser, untuk ngeliput Soedarpo Sastrosatomo, untuk keperluan demo tape program baru, karena Big Boss mau presentasi ke client hari JUMAT!. So, gue cuma punya waktu 2 hari, padahal, lumrahnya bikin demo tape itu dua minggu, je!

So, sore itu juga telepon sekretarisnya buat minta waktu wawancara hari Rabu dan Kamis (yang ternyata udah pulang duluan). Hopeless gue coba hubungi ke rumah Pak Darponya langsung, minta bicara dengan sekretaris yang ada di rumah. Setidaknya, surat gue akan lebih cepat dibaca orang rumahnya, ketimbang harus menunggu besok pas sekretarisnya masuk. Alhamdulillah, karena sekretarisnya udah pada pulang, ndilalah gue jadi bisa ngomong ke Pak Darponya langsung via telepon. Doi ok-ok aja meskipun dengan permintaan SEMENDADAK itu, dan minta gue hubungi sekretaris kantornya untuk arrange waktu.

Ok, so, kekhawatiran pertama solved. Sekarang tinggal gimana caranya meyakinkan Ibu sekretaris bahwa wawancara HARUS terlaksana hari Rabu atau Kamis besok! Ugh! Kekhawatiran kedua dateng. Biasanya, hambatan terbesar untuk ketemu orang adalah dari para Sekpri yang memang ditugaskan untuk menyaring prioritas Atasannya. So, langsung bikin surat ke Sekpri, ditambah kata-kata sakti bahwa gue udah kontak Pak Darpo langsung dan beliau setuju untuk diliput segera. So, fax dikirim malam itu juga dengan harap-harap cemas, besok bisa langsung ngeliput. Kekhawatiran ketiga muncul, karena si Bapak lagi ngga fit kondisinya, jadi sewaktu-waktu wawancara bisa dibatalkan karena masalah kesehatan.

RABU
Paginya, Sang Sekpri belum bisa mutusin waktu wawancara, karena Pak Darpo belum dateng ke kantor. Dihubungi ke rumah ternyata Bapaknya masih istirahat, jadi dia ngga berani ganggu. Sampai siang masih juga belum ada kabar, sementara Produser nanya terus kabar terakhir pegimane. Duh! Kalo sampai makan siang masih belum dijadwalin juga, alamat waktu gue cuma hari Jumat! Errghghghhg!!

Ok, berarti sambil menunggu, ada akal buat ke Samudera Indonesia (SI) aja, buat nyicil liputan sampai selesai office hour. Setidaknya ngga bengong-bengong amet. Sambil nunggu cameraman selesai, gue kasak-kusuk cari bahan-bahan penting yang mungkin ada. Dan untunglah (lagi!), pada detik-detik terakhir, Ibu-ibu PR (Public Relation) mau berbaik hati meminjamkan beberapa video yang menggambarkan tentang aktivitas yang dilakukan SI, meskipun tadinya rada keberatan. Jurus speak-speak Bombay ternyata berguna juga, huh?

So, singkat cerita, gue dapet kesempatan wawancara si Bapak hari Kamis besok (YES!!), setelah dia selesai meeting jam 10.30. So, langsung pulang dengan hati senang. Sampe kantor, ada yang ketinggalan. Kenapa juga ngga ngeshoot aktivitas dia di rumah, berikut ngeshoot perjalanan dia dari rumah ke kantor. So, kontak sana, kontak sini, akhirnya doski setuju kita ikutin dari rumah besok pagi.

KAMIS
Rencana mau sampe sejam lebih awal dari jam 9 biar perolehan gambar lebih banyak, ternyata Jakarta macetnya ngga karuan saat itu karena alasan yang biasa-biasa aja, hujan dari pagi. So, cuma dapet gambar sesuai rencana, perjalanan dari rumah ke kantor, yo wes.

Berhubung pada saat yang bersamaan ada acara Launching Buku, so gue cuma berdua bareng Herri, dan tanpa driver, karena semua orang diperbantukan untuk acara itu. Karena rencananya Herri ikut semobil bareng si Bapak, so gue naik taksi sendiri bareng dengan alat-alat, seperti; lampu Redhat 2, tripod lampu 2, tripod kamera 1, plus tas ransel gembolan yang isinya macem-macem, dan ngerasain jadi Rambo. Wah, riweuh pokoknya, karena gue harus beberesin lampu dulu yang sempet dipake buat ngeshoot aktivitas di ruang kerja, sedangkan Herri ngga boleh ketinggalan si Bapak sedetikpun. Dan gue harus secepatnya beres-beres, dapetin taksi, dan in a minute ke Slipi, karena pasti lampu dan tripod diperlukan buat ngeshoot aktivitas meeting yang mau diambil.

Sampe jam 11, Herri udah selesai ambil macem-macem angle. So, sekarang gilirannya nyiapin setting tempat buat wawancara. Dipilih lah tempat meeting. Gotong-gotong meja akuarium berisi replika kapal SI yang ada di depan ruang tamu ke ruang meeting, cari-cari angle yang pas karena backlight dari jendela belakang mateng banget, sedangkan ruangan sempid -pake d- diabisin meja meeting yang gede dan ngga bisa digeser ke pinggir. Terus juga harus ngakalin refleksi dari kaca 'akuarium kapal' yang ngga bisa dibuka karena dikunci paten, padahal cahaya dari lighting, cahaya dari jendela belakang, dan bayangan si Bapak ngga boleh keliatan di kamera. Duh!

Setelah permasalahan solved (setidaknya), akhirnya wawancara mulai jam 1.30 siang. Baru jawab satu pertanyaan, si Bapak batuk-batuk terus, karena pada saat meeting doi ngomong terus. So, karena tidak memungkinkan, pada pertanyaan kedua yang belum selesai dijawab, wawancara dihentikan. Pak Darpo minta wawancara dilanjutin hari Jumat besoknya sebelum shalat Jumat. Ok, deal, daripada ngga sama sekali. Urusan deadline yang harusnya udah siap pada hari Jumat, *sigh*...urusan Producer ngeloby Big Boss deh! Ini udah di luar kemampuan gue soalnya (ngga kebayang deh, settingnya berjam-jam, selesai hanya dalam waktu 10 menit! Oh my!).

Karena sore jam 4 mesti ke Menteng buat wawancara Bu Mien, Pak Darpo's Wife, so kita ngga bisa cabut ke Marriott bantuin anak-anak yang ternyata punya permasalahan sendiri karena belum pada berpengalaman jadi EO (Event Organizer). Dah, daripada bikin recok, kita berdua balik ke kantor cari 'sarapan', dan berangkat lagi. Sekarang pake mobil, dan drivernya gue.

Wawancara Bu Darpo sukses, selesai jam 6.30, kita langsung cabut ke Marriott. Pas sampe jam 8-an, Mimi Rasinah lagi beraksi di stage, maraton dengan Idris Sardi sebelumnya, dan Sutardji setelahnya. Acara berlangsung alhamdulillah sukses (untuk ukuran kita yang jadi EO dadakan). Meskipun banyak undangan yang ngga bisa hadir karena sikon yang terjadi sejak pagi tadi, banyak juga undangan yang ngga disangka-sangka malah bisa dateng. Interaksi antar undangan juga hangat. Duh, senang pokoknya!

JUMAT
Berhubung Jakarta banjir dan macet dimana-mana, wawancara pagi di cancel jadi setelah shalat Jumat. Wawancara mulai jam 1, setelah setting ulang dan gotong-gotong meja kapal lagi. Padahal udah pesen sama orang kantornya kemaren, bahwa kita akan pakai lagi ruang meetingnya. Jadi mejanya, -please, deh- jangan dipindah dulu. Berat bo' ngangkatnya! Untunglah Rojak, The driver, udah bebas tugas dari acara kemaren, jadi bisa ikut bantuin.

Wawancara selesai, bahan-bahan cukup, so, gue bisa istirahat Sabtu-Minggu-Senin ini dong? Balas dendam ceritanya. Tapi ternyata, si stupid yang sok tau ini melakukan kesalahan fatal! Pada saat wawancara, 15 pertanyaan yang semula gue ajukan, ngga semuanya gue tanyakan, dengan pertimbangan wawancara saat itu udah berjalan sejam, sedangkan dia udah mulai batuk-batuk kayak kemaren. So, dengan pertimbangan kesehatannya, juga berdasarkan main frame dari tema program, gue berfikir untuk memfokuskan pertanyaan hanya pada perannya sebagai pengusaha. Bagaimana sepak terjang bisnis perkapalannya, juga perjuangan dia sampai ke puncak. Gue tidak mengikutsertakan pertanyaan tentang perjalanan hidup, masa kecil, dan pengalaman saat dia menjadi diplomat di masa kemerdekaan dulu, karena gue fikir...*sigh* ngga tau ya apa yang gue fikirin saat itu. Sok tau aja pokoknya.

Sooo...rencana gue buat nggletak seharian di rumah jadi berantakan. Producer complain. Gue jadi ikutan pusing, karena demo tape harus selesai malam itu buat dipresentasiin Sabtu (diundur dari semula hari Jumat), sedangkan hasil wawancara yang gue peroleh tidak bisa bercerita banyak mengenai dirinya secara utuh, hanya dirinya sebagai pengusaha. Apalagi dia lebih banyak mendongeng -khas orang yang udah sepuh- daripada ngomong point per point. Kalau dipaksain, bisa-bisa hasil pontang-panting selama dua hari bakalan tidak berbunyi, karena ceritanya jadi ngga nyambung! So, mau ngga mau, mesti minta satu hari lagi untuk wawancara, nambahin cerita tentang hal-hal yang ternyata krusial itu. Padahal gue sudah menyatakan selesai loh, sama Pak Darpo. Apa jadinya nih kalau gue minta waktu dadakan lagi.

Alhamdulillah (again and again!), setelah mempertimbangkan kapan waktu yang enak untuk nelefon Pak Darpo (karena faktor fisik dan psikis bisa berpengaruh terhadap jawaban), akhirnya jam 8.30 malam gue berhasil ngomong langsung (tanpa dihambat sama security rumahnya), dan minta waktu wawancara besok pagi, bluffing bahwa wawancara hari ini kan fokusnya Bapak sebagai pengusaha, sedangkan kita masih butuh cerita Bapak tentang masa kecil, orangtua, bla-bla-bla-bla. Fiiuuhh....*ngelap keringet*... "Ok, datang saja jam 10.30 besok pagi." YES! Gitu dong Paaak! Selameet....selamet...

SABTU
Sudah jelas kan gue ngapain hari ini? ;-)
Pokoknya, setelah wawancara beres, pulang ke kantor, kasihin hasil rekaman ke Editor buat dipotong-potong, sebelum dimasak jadi nasi goreng sama Producer. Dan denger-denger, ternyata presentasinya diundur jadi hari Senin. So, masih ada Minggu dan Senin untuk tidur-tiduran. Gue akhirnya di kantor sampe jam 12 malem, hmmm...ngapain yah? Oiya, ngobrol sama Bukrie tentang kepinginnya gue ngerombak Mermaidslife, karena ngerasa web gue itu kurang terorganized dengan baik. Ini setelah gue jalan-jalan ke web barunya Enda, yang pakai Movable Type, buat engine bloggernya, dan gue merasa perlu iri dengan progressive improvement-nya itu.

------------------ end of story -------------------

Wah, pokoknya hari Kamis-Jumat-Sabtu itu penuh warna banged! Gue yang musti ujan-ujanan dari rumah naek ojek ke kantor demi mengejar waktu dan menghindari macet, juga Herri yang terpaksa olahraga selama dua hari, jalan kaki dari Ragunan ke Pejaten karena angkotnya yang terjebak macet.

Yang gue mau ceritain sesungguhnya, gue merasa semakin banyak kemudahan-kemudahan yang gue dapet. Ada aja jalan keluarnya, so smooth. Bayangin aja, mana ada sih orang sepenting Pak Darpo yang rela kasih waktu yang direquest semendadak itu, kondisinya lagi ngga sehat, dan tanpa birokrasi pula. Kalau bukan karena miracle dan dikasih jalan sama yang di Atas, gue yakin pasti ngga akan tembus. Dan bayangin pula, gue berada dalam situasi yang lagi hectic-hecticnya, macet dan banjir dimana-mana, sedangkan kita kejar-kejaran dengan deadline karena Producer dapet tekanan dari Big Boss, yang dapet tekanan juga dari Client, dan pada waktu yang sama ngga ada orang yang bisa dimintain tolong, kecuali diri kita sendiri.

Oya, FYI, Pak Darpo itu (menurut kabar orang terkaya no. 3 di Indonesia), pemilik Samudra Indonesia sekaligus raja kapal. Beliau memiliki peran penting -bersama dengan Soekarno, Hatta, Sjahrir, Soedjatmoko, dll- saat kemerdekaan Indonesia masih hangat-hangatnya. Ia pernah ditugaskan ke Amerika untuk memperkuat delegasi Indonesia peninjau di PBB yang dipimpin oleh L.N. Palar. Baca Biografi 1920-2001 Soedarpo Sastrosatomo, Bertumbuh Melawan Arus, oleh Rosihan Anwar. Ini ulasannya dari CyberKompas. So, he's one of our hero who remains today.

Begitulah.



MAESTRO's Book Launching





Me with Mr. Soedarpo




Mr Soedarpo's Biography

Monday, February 16, 2004

HI WORLD!!! I'M HOME!



Fiiuhhh....What a nice trip!