Thursday, August 29, 2002

I feel totally so lonely tonight. I thought I could be strong going through this phase and dealing with the silence. But the uncertainty how to do rightly, anger or acceptance, only makes me feel solitude even more. The crowd, the noise, the mess, and with all thing take place, doesn't effect me much. I'm just quiet, helpless.

I know it's not wrong to condemn. But I'm trying not to be. I can control myself, and I don't want something outside me control my consciousness. I'd be able to handle it as I did before.

I know there's no answer to every question. And there's so many reason not to tell the reason. Ada banyak alasan untuk tidak memberikan alasan. I understand it quite well...however, I need it pretty bad.

Just give me one last chance to know the reason.

Wednesday, August 28, 2002

"Be shining in darkness, and be invisible in light"

Sehabis liputan Susi Susanti hari ini, sore-2 gue sempetin nonton Tjut Nya' Dhien garapan Eros Djarot di kantor. Penasaran pengin tau akting Christine Hakim (CH) disana, karena dulu ngga sempet nonton filmnya. Kebetulan dia jadi tokoh Maestro episode mendatang. CH yang baru-2 ini jadi juri di Cannes Film Festival, emang pantes untuk dinobatin sebagai the Greatest Indonesian Actrees.

Here's some links about her:
www.indonesianart.net
Official site of Pasir Berbisik


Gue beruntung karena pekerjaan ini memungkinkan gue bertemu orang-2 hebat dan hampir semuanya idealis. Film ini sendiri dilatarbelakangi obsesinya Eros menggugah semangat perempuan-2 Indonesia untuk be tough dan punya nasionalism tinggi macam Tjut Nya' Dhien, pejuang perempuan dari tanah rencong, Aceh.

Untuk film sejarah seperti ini, Eros membutuhkan waktu hampir 1 tahun untuk riset tentang sejarah Tjut Nya', sampai ke Belanda. Semua adegan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat itu. Ada sekitar 60 buku tentang Tjut Nya' yang disiapkan Eros untuk keperluan pembuatan film ini. Kalau ngga salah film ini akan di VCD-kan, bersama dengan film CH yang lain, Daun di atas Bantal.

Gue emang telat tau kalo ni film beneran bagus banget, ngga kayak bikinan orang sini. Akting CH juga ngga diragukan lagi. Publik Jepang sampai kaget waktu tau kalo pemeran Tjut Nya' ternyata ngga setua yang difilmnya. Untuk peran ini, seperti yang biasa ia lakukan untuk masuk dalam perannya, selama beberapa waktu CH memakai kostum Tjut Nya' kemanapun pergi, even di aktivitas sehari-harinya. Dia memakai jubah hitam layaknya pejuang Aceh, dia ubah intonasi suaranya menjadi logat Aceh, gaya berjalannya, juga jiwa Tjut Nya' ia serap. Ada sekitar 12 buku tentang karakter Tjut Nya' yang wajib ia baca.

Ada cerita menarik seputar proses pembuatan film ini. Satu adegan saat Tjut Nya' menusuk teman seperjuangan yang menghianatinya, diulang sebanyak 10 kali dalam waktu 2 hari, karena Eros dan CH belum juga menemukan emosi yang benar-2 menggambarkan puncak kemarahan Tjut Nya' yang merasa dikhianati. Untuk memancing emosi ini, Eros sampai harus merendam CH di sungai dengan diguyur hujan buatan, sampai ia menangis karena kesal. Dan memang, saat adegan berlangsung CH memang benar-benar dalam puncak kekesalan dan kelelahannya. Kerja keras ini mengganjar CH, Eros, juga Idris Sardi untuk penata musik terbaik, pada beberapa penghargaan film, nasional juga internasional. Untuk peran ini, CH butuh waktu 3 bulan untuk melepaskan jiwa Tjut Nya' dan kembali pada kepribadian aslinya, dengan pergi ke Bali dan belajar tari.

Kembali ke Tjut Nya' Dhien. Dari film itu, bisa gue gambarkan situasi dan pengorbanan dia melawan tentara Belanda yang mau merebut tanah Aceh. Mungkin memang cuma sejarah. Tapi ternyata, sejarah kita banyak mencatat orang-orang hebat yang berjuang mati-matian mempertahankan tanah air. Dan jangan lupa, dia itu perempuan. Ia memimpin perjuangan melawan penjajah tahun 18-an, dan tidak memiliki kepentingan-2 selain dari membela harga dirinya sebagai anak Aceh.

Bukan bermaksud sok tau, tapi sosok Tjut Nya' pada masanya, sudah mendahului pemikiran-pemikiran mengenai isu gender, jauh sebelum kaum feminis menyuarakan persamaan hak antara laki-2 dan perempuan. Bedanya, dulu perjuangan dilandasi dengan hati, sekarang lebih ke ego dan interest-2 tertentu. Mungkin beneran gue sok tau, tapi memang ini kondisi yang gue rasakan. Gue pribadi, baru merasa feminis jika bisa menjiwai perjuangan Tjut Nya' dengan apa yang dia bilang "Be shining in darkness, and be invisible in light."

Mungkin gue sok nasionalis. Tapi memang miris rasanya, jika harus melihat bagaimana orang-orang sekarang yang seenaknya menjajah tanah airnya sendiri. Kelakuan mereka yang menghisap rakyat dan kekayaan negeri ini, juga adu domba, ternyata ngga beda jauh dengan penjajah terlama bangsa ini. Sepertinya mereka berhasil mencetak penjajah-penjajah baru yang sekarang duduk di singgasana kekuasaan. Penjajah dari dan untuk bangsa sendiri. Dan seperti halnya nasib Tjut Nya' di pengasingan, akhirnya ia wafat di Sumedang, jauh dari tanah Aceh yang diperjuangkannya, karena dikhianati bangsanya sendiri.

Ah, gue mulai ngaco...
Pusing sebenernya, ngejar si "Tjut Nya'" dah beberapa bulan belom dapet juga, padahal minggu besok ditayangin. Doi padet banget jadwalnya. Minta waktu wawancara sebentar aja kayaknya ngga bisa meski nangis-2 darah.

Tadi siang sempetin ke kantornya Chandra, mau ngobrolin project NGO-nya. Eh, ternyata dunia itu beneran sempit, doi sobatnya Jeff!

Monday, August 26, 2002

"Reality Bites"

Hari ini ngga tau kenapa gue ngedrop banget. Ngantor juga ngga semangat. Ngga nelfon-2 in orang or cari-2 footage buat episode depan yang emang rada kurang gambarnya. Bawaan pengin keluarin tenaga dalem terus. Andainya aja ada sand sack, pasti lumayan bikin keringet, energi keluar semua. Berhubung ngga ada, so gue tahan-tahanin deh ngomong sama orang, daripada nyolotin. Liputan untung diundur agak siangan, gara-2 boil ngga ada yang stand-by. Tapi baguslah, gue jadi bisa ngumpet tidur-tidur ayam sambil nunggu.

Awalnya sih, soal mimpi tadi pagi yang lumayan bikin gue langsung bangun kaget sambil terbelalak seselesainya itu mimpi. Sempet nyesek, lemes, takut yang ada di mimpi bener-bener yang lagi terjadi saat ini. Gue memang rada-rada suka percaya sama mimpi, suka bener artinya, apalagi kalau menyangkut hal-hal masa depan. Cowok maksudnya. Dan ini, lumayan tergolong mimpi buruk juga, karena ngga ada happy-2 nya buat gue. Justru gue takut memang ini sesungguhnya realita yang ngga gue tau selama ini. Who knows? Siapa tau emang ini bagian dari 'hints' yang gue minta saat gue berdoa. Arrgghh...nyesek lagi tuh jadinya...

Mimpi itu memang cuma trigger. Tapi dibalik itu semua, gue kembali lagi kayak dibanting ke tembok, dan harapan yang gue bangun hancur berantakan. Kembali gue harus mengakui realita dan fakta yang lebih banyak bicara.

Sejak gue terima kabar dari orang itu 4 hari yang lalu, bahwasanya ternyata keberadaannya bisa diukur dengan kilometeran, gue merasa..hell, ternyata bener, gue gak berarti apa-apa buat tu orang. Dia ngga ada usaha-2 nya sama sekali. Giliran jauh aja, ngumbar kata-kata, ngumbar janji. Asli, gue ngga tau mau ngomong apa. Mau protes percuma, perasaan gue komplain terus gak ada respon. Mau marah, mau nangis -udah sih nangis- mau...speechless. Tu orang ngga sadar atau emang heartless yah? Hell, jauh dari yang gue harapkan, I mean, jika memang benar ini kualitas orang yang selama ini udah ngobrak-ngabrik perasaan gue. So damn jahat banget kalo memang itu yang dia lakuin buat gue. At least, kasih kesempatan gue untuk dengar alasannya kek, jangan gue dibiarin nebak-2 buah manggis kayak gini. Kalo emang mau cut it out, ya jangan sepihak dong. Dia yang memulai ini semua, dan rasanya ngga adil kalo dia main cut tanpa gue dikasih penjelasan apa-apa. Man, ini udah masalah hati. Or memang begini seharusnya how the game is played, kalo memang it's kinda game? Gue kok ngga abis pikir kenapa gue yang jadi korban. Man...how could you?

Well..sebagai perempuan (setengah) mateng, gue mencoba bersikap dewasa, untuk tidak terlalu terpengaruh dengan hal ini. Mungkin gue bodoh dan naif untuk percaya bulet-2 omongannya, tapi gue ngga segitu bloon-nya untuk kebawa permainan (sekali lagi jika ini memang permainan) yang dia mainin. Memang ada marah dan kecewa, sedih juga ada, tapi ya sudahlah, mendingan sekarang paitnya daripada pas udah di tengah jalan. Anggep aja lagi apes. Gue masih menginginkan dia sih, banget, tapi kalo dia ngga pengin, ya sudah. Sekarang gimana caranya mengurai dirinya yang udah tertanam kuat didiri gue, ngelepasin dari rongganya, keluarin dia seutuhnya, semuanya, dan buang jauh-jauh ke langit. Hell...itu yang susah...setaun man..gila juga dipikir-pikir gue nih, bego banget, dan ngga kapok-kapok lagi! Well, satu-satunya kebodohan gue, membiarkan perasaan gue mendominasi, padahal gue tau rasio gue udah ngomel-ngomel kasih warning. Yah, harap maklum adanya deh, orang lagi mau gede sih...

Friday, August 23, 2002

Pasrah itu indah ternyata. No need to worry, no need expecting. Just follow the stream of life.