Wednesday, July 13, 2005

brighteststar


" The Brightest Stars in Their Own Way" *

Saya baru berniat menulis sedikit kritik tentang film dokumenter berjudul Memasak Sejarah yang diputar di acara ScreenDocs! FOCUS ON ANTHROPOLOGY 2005 di UI Depok, kemarin sore itu. Acara besar hasil kerja sama In-Docs dengan The Indonesian Journal of Anthropology yang sudah lama saya tunggu-tunggu itu, berlangsung dari tanggal 12 sampai tanggal 15 besok. Selain memutar beberapa film dokumenter karya anak negeri, acara ini juga menjadi tempat untuk mengenang almarhum Jean Rouch, seorang anthropologist sekaligus filmmaker. Berikut sedikit kutipan yang saya ambil di situs Documentary Educational Resources atau der.org, atau silahkan cek sendiri situs Jean Rouch yang berbahasa Perancis.

Jean Rouch, was a universally-acclaimed filmmaker, anthropologist, civil engineer, explorer, and storyteller. He was a French ethnographic film director who helped forge cinema-verite filmmaking, died on February 20th, 2004 at night in a car crash in the west central African nation of Niger. He was 86.

Setelah menunggu seorang teman sehingga telat hampir sejam, saya hanya kedapatan sesi rangkuman dari keseluruhan diskusi tentang Jean Rouch: Anthropology and Filmmaking. Sebuah diskusi yang menarik dan penting untuk saya sebenarnya. Tapi ya sudah, setidaknya saya memaksakan untuk menonton dua film sampai acara berakhir pada jam 18.30. Meski tidak begitu antusias lagi, film Petit a Petit, besutan Jean Rouch tahun 1972, dan film Memasak Sejarah, karya Ngurah Suryawan, lumayan menghibur, setidaknya saya sempat membuat note tentang apa yang ingin saya post-kan di blog saya nanti.

Lalu, ketika menunggu proses dubbing untuk narasi episode Maestro mendatang, editor meminta ijin untuk lebih dulu mentransfer episode Permata Bangsa sebentar, untuk kemudian menyelesaikan Maestro. Sambil mengecek email di yahoo dan beberapa email baru di friendster (deuh, anak friendster neeeh..), saya mencuri dengar episode PB yang akan tayang hari Minggu, tanggal 17 Juli besok ini di Metro TV.

Ternyata, profil yang sedang dibahas adalah Maria Audrey Lukito. Seorang bocah perempuan ajaib dari Surabaya yang pasti membuat orang terkagum-kagum. Profil yang membuat saya memutuskan untuk melupakan ide tentang kritik film yang ingin saya postingkan sebelumnya. Dan kini, saya kembali menonton tayangan itu, namun sekarang lebih menyimak baik-baik. Ingin tahu bagaimana kehebatannya? Saya yakin anda sendiri akan terperangah lebar-lebar seperti saya. Begini ceritanya...

Audrey ini baru genap berumur 17 tahun. Harusnya masih asik-asik nangkring di mall atau riuh menjadi fans AFI atau Indonesian Idol. Tapi, tak dinyana, ternyata anak ini adalah SARJANA INDONESIA PALING MUDA lulusan tahun 2005 dari The College of William and Mary, Williamburg, Virginia, Amerika Serikat! Anda tahu apa majornya? FI-SI-KA dan ia lulus dengan predikat Summa Cum Laude dengan nilai rata-rata GPA 3,95!

W-w-w-w-WOOWW!!!

Untuk membuat lebih yakin lagi, saya coba browsing ke google, dan akhirnya mendapati, tesis akhir Audrey berjudul "Analysis of neutrinos emitted by radioactivity in the earth's core", telah disubmit pada tanggal 11 November 2004.

Saya tidak tahu, apakah mempublikasikan tesisnya ini ke dalam blog saya adalah satu pelanggaran hak cipta atau tidak, tapi yang pasti, saya tidak bisa menghentikan kekaguman saya. Dan sekali saya kagum, maka saya harus membaginya ke semua orang!

Audrey yang juga pantas menjadi bintang film mandarin ini, resmi menjadi mahasiswa fisika The College of William and Mary saat ia masih berumur 13 tahun. Dia menjadi mahasiswa Indonesia termuda di kampus itu, tentu saja. Hanya dalam waktu 3 tahun, Audrey berhasil lulus dengan semua nilai A, kecuali satu mata kuliah, yang mendapat nilai A minus. Ketika kuliah, Audrey tercatat mampu mengambil kredit terbanyak dibanding mahasiswa lainnya, yakni 36,5 SKS dalam satu semester dan berhasil meraih GPA tertinggi setiap tahunnya. Selain prestasi akademik, Audrey juga melesat dengan berbagai prestasi 'non-akademik', seperti sastra, musik, dan olahraga.

Karena prestasinya yang mengagumkan, Audrey didaulat menjadi anggota Phi Beta Kappa, Honor Society tertua di Amerika Serikat. Prestasi Audrey terdengar hingga ke gedung Kongres Senat Amerika Serikat dan iapun diundang untuk berpidato pada Global Young Leader Conference di Washington DC.

Belum cukup dengan prestasi akademiknya di kampusnya William dan Mary? Ini sedikit cerita tentang perjalanan 'panjang' peraih delapan rekor MURI ini. Harap tahan nafas anda dulu!

Audrey lahir tanggal 1 Mei 1988 di Surabaya. Sejak kecil ia tumbuh seperti anak 'normal' lainnya. Kedua orangtuanya yang sarjana teknik, baru menyadari kejeniusan anaknya, saat usia 16 bulan, Audrey sudah bisa mengenal abjad dengan baik, dan pada usia 2 tahun sudah lancar membaca. Setelah menyelesaikan sekolah dasar selama 5 tahun (dimana sebenarnya Audrey direkomendasikan guru-gurunya untuk loncat kelas), Audrey sempat meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia karena menjadi anak Indonesia termuda yang lulus TOEFL dengan skor 575, yaitu saat usianya 10 tahun. Pada usia 11 tahun, Audrey mendapat julukan Dictionary Girl dari koran Indonesian Daily News karena mampu menghafal kamus bahasa Inggris sebanyak ± 650 halaman. Saat ini, skor TOEFL Audrey sudah mencapai 670.

Selanjutnya, berturut-turut Audrey mampu menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA-nya hanya dalam waktu setahun. Atas anjuran berbagai ahli, Audrey akhirnya diterbangkan ke Amerika untuk melanjutkan pendidikan S1-nya dalam usia 13 tahun.

Masih belum cukup mendengar rentetan prestasi akademik Audrey? Kini anda harus mendengar prestasi Audrey dalam bidang seni dan kreativitas. Mungkin anda mengira, anak-anak yang memiliki tingkat intelegensia tinggi, biasanya tidak memiliki kepekaan dalam seni dan kreativitas, atau olahraga. Hanya salah satu di antara otak kiri atau otak kanannya yang menonjol. Tetapi ternyata, Audrey memiliki kelebihan yang menonjol pada dua sisi otaknya!

Sejak SD, Audrey sudah punya banyak prestasi. Di rumahnya di Surabaya, Audrey menempatkan semua piala dan penghargaan seni lukis, piano, balet, dan berkudanya, di sebuah lemari khusus. Di dinding rumahnya, terpajang lukisan tokoh dan ilmuwan barat, yang dilukisnya sendiri, terinspirasi dari buku-buku biografi tokoh-tokoh dunia yang dilahapnya sejak kecil. Selain itu, Audrey juga menekuni olahraga ice skating, menembak, dan teknik menyanyi opera.

Ketika di Amerika, Audrey menjadi peserta termuda dari Indonesia, yaitu usia 14 tahun, yang mengikuti Summer Courses bahasa Rusia, dan berhasil memperoleh nilai tertinggi. Hanya dalam waktu dua bulan, Audrey mampu menguasai bahasa Rusia, dari standar masa kuliah yang biasanya empat semester masa kuliah. Selain bahasa Rusia, Audrey juga berhasil menguasai bahasa Perancis dalam waktu 3 bulan, selain juga menguasai bahasa Inggris, Mandarin, dan Ibrani.

---- pause ----

Sekarang anda sudah boleh bernafas normal dan mengendorkan pandangan anda dari layar monitor anda. Ya, memang, yang baru saja anda baca adalah kisah seorang manusia, benar-benar seorang manusia. Bukan robot, bukan mesin, dan bukan pula chip komputer. Namun bisa jadi sosok Audrey melebihi kesempurnaan sebuah komputer manapun, bahkan manusia.

Audrey yang juga berparas cantik ini, mengakui, bahwa kebisaannya pada berbagai hal karena kesukaannya belajar dan mempelajari berbagai tantangan baru. Karena senang melahap semua bacaan yang ada di rumahnya saat itu, pada umur 3 tahun Audrey sudah mempertanyakan tentang eksistensi Tuhan! Namun setelah kembali meyakini agama Kristiani yang juga dianut keluarganya, kini Audrey aktif dalam kegiatan gerejanya dan sudah menyelesaikan naskah buku pertamanya tentang religi.

Meski tidak ngoyo dalam menjalani kehidupannya mendatang, Audrey terus menggali segala potensi yang dimilikinya, kini dalam bingkai misi spiritual yang kental. Selain masih ingin belajar bahasa Yunani dan merambah bidang desain interior, fashion, politik, dan hukum, Audrey kini berniat untuk mendalami bisnis dan teologi Kristen. Ia berobsesi untuk mendapatkan gelar MBA dan M.Div sebelum usianya 22 tahun. Hmmm...rasanya, tidak ada yang dapat menghentikan langkah Audrey, kecuali waktu, dan tentu saja ijin Tuhan!

Saya yakin, suatu hari Audrey akan menjulang paling tinggi diantara remaja seusianya, meskipun mungkin sendirian. Namun saya juga yakin, meski super jenius, kehangatan sikap Audrey yang jauh dari kesan kutu buku dan introvert ini, tidak akan membuatnya terasing dari dunia orang-orang biasa. Memang ia memiliki lebih banyak peluang jika memilih tinggal di luar negeri, namun Audrey ternyata menyimpan mimpi tersendiri untuk mempersembahkan segala kemampuannya untuk negerinya sendiri. Duh, kamu membuat saya jadi terharu, deh Audrey!

Saksikan profil Maria Audrey Lukito dan kepolosannya di program Permata Bangsaku, hari Minggu besok, tanggal 17 Juli 2005, pukul 9.30-10.00 pagi, Hanya di Metro TV, Satu Untuk Semua... :D

*Disarikan dari berbagai sumber

No comments: