Sunday, September 01, 2002

Apa yang akan anda lakukan jika menemui atau justru mengalami kekerasan domestik dalam keluarga? Mencoba bertahan dan mengharapkan akan ada perubahan dengan kesabaran yang anda miliki, atau anda lari KE LUAR mencari pertolongan?

Kesalahan terbesar dari kekerasan domestik bukanlah berasal dari si penganiaya, tapi justru dari korbannya sendiri yang MEMBIARKAN itu terjadi. Korban merasa PANTAS untuk disakiti dan menganggap kekerasan adalah sesuatu yang WAJAR di dalam keluarga, sehingga TIDAK merasa PERLU untuk mencari pertolongan dan keluar dari lingkaran itu. Pertimbangan emosional yang biasanya menjadi alasan korban untuk mengurungkan niatnya.

Kekerasan bukan hanya berupa kekerasan terhadap fisik semata. Tapi ada kekerasan lain yang lebih mempengaruhi emosi dan kestabilan jiwa, yaitu kekerasan verbal. Kekerasan verbal yang dilakukan secara terus-menerus, dan jika dilakukan sejak masa kanak-kanak (yang dilakukan oleh orang tua), akan membentuk alam bawah sadar korban menjadi sosok yang tidak memiliki kepercayaan diri, membenci diri sendiri, dan kadang destruktif (yang dilakukannya kepada orang lain yang lebih lemah). Bentuknya dapat berupa intimidasi, pelecehan, perkosaan, atau kurangnya penghargaan terhadap eksistensi dan aktualisasi diri. Orang yang dapat menolong adalah DIRI korban sendiri, karena ia sendiri yang dapat melakukan perubahan itu JIKA ia mau.

"Whose Face is in the Mirror? The Story of One Woman's Journey from the Nightmare of Domestic Abuse to True Healing" karya Dianne Schwartz, terbitan Gramedia tahun 2001, mengungkapkan tentang kejahatan rumah tangga baik fisik, seksual, dan emosional yang pernah dialami Schwartz. Bagaimana mantan Mrs. Arizona dan penyanyi profesional ini diperlakukan buruk oleh suami dan juga orangtuanya, bagaimana proses membangun kepercayaan diri (bahwa ia PANTAS mendapatkan kehidupan yang normal), bagaimana teknik-teknik penyembuhan diri serta perlunya konseling, juga bagaimana mengenali tanda-tanda telah terjadi kekerasan domestik. Yang paling menarik dari buku ini adalah kisah saat ia mencoba jujur pada dirinya sebagai seorang perempuan, merubah paradigma lama, menemukan kesalahan-kesalahan yang umumnya tidak sadar dilakukan oleh setiap korban, dan bagaimana ia akhirnya dapat mencintai dirinya sendiri dan menemukan Tuhan sebagai kekuatannya untuk berubah.

Diane Schwartz kini tinggal di Ohio, dan menjabat sebagai presiden dari organisasi nirlaba Educating Against Domestic Violence, Inc. (EADV), yang didirikan untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang mengalami penganiayaan. Situs resminya adalah www.eadv.net.

Di Indonesia, kekerasan domestik masih terbentur dengan nilai-nilai yang diciptakan oleh masyarakat, yang condong patriarch, sehingga kekerasan terhadap perempuan dianggap sesuatu yang wajar. Juga nilai-nilai yang menganggap bahwa 'masalah keluarga' yang berlebihan seperti ini adalah urusan internal dan tidak boleh diketahui oleh orang lain (meskipun taruhannya adalah nyawa!).

Ada beberapa organisasi perempuan yang concern terhadap masalah ini yang mungkin dapat membantu jika terjadi tindak kekerasan domestik di sekitar anda:

Mitra Perempuan - Women's Crisis Center
Tebet barat dalam IIIA no. 26, Jakarta 12810
Hotline : (021) 837 90010
Telp./ Fax : (021) 829 6952
Email : mitra@perempuan.or.id
Website : www.perempuan.or.id
Mailing List : perempuan-subscribe@yahoogroups.com

Kalyanamitra
Jl. Kaca Jendela II No.9 Rawajati, Kalibata, Jakarta 12750
Telp. : (021) 790 2109, 790 2112
Fax : (021) 790 2112
Email : ykm@indo.net.id

Koalisi Perempuan Indonesia untuk Demokrasi dan Keadilan
Jl. Siaga I No. 2B Rt.003/05 Pejaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510
Telp. : (021) 910 0076, 798 5110, 791 83444
Fax : (021) 798 5110
Email : koalisip@uninet.net.id

No comments: