Saturday, February 15, 2003

" A Call from Heaven "


Uh! Padahal udah mau merem ini...tiba-tiba dapet inspirasi...
catatan: Lagi begadang di TNL...

Bokap gue niat mau naik Haji!!! Waaaa....what an unexpected news!!! Ceritanya gini...

Sesaat...(duh! garing banget bahasanya)...Sesaat setelah gue bilang bahwa gue mimpiin bokap, besok malemnya gue niatin telpon ke rumah setelah jam 9 malam. Eh, Belum teng, my sis udah kirim sms;
"Sis, loe ngga nelpon ke rumah? Ada yang nanyain tuh!"

Ta' bales (wah, ini bahasanya mulai menjurus ke Jawa iki!);
"Iya nanti jam 9 yah! Siapa yang nanyain?", (gue udah geer aja mikir kalo keponakan gue yang nanyain)
"Bapak lu!"

Wasyah! Betul kan?? Wah emang dasar sesungguhnya kontak batin, tapi guenya ogah-ogahan gini...

Trus akhirnya gue telpon ke rumah jam 9.10 setelah beres sama cucian-cucian...
Setelah ber-haha-hehe bentar sama Mom, gue ngga panjang-panjang untuk nanyain bokap dan pengin ngobrol sama dia sebentar.

"Halo Paak...Bapak nanyain Dissi yah?"
"Iyaa...(setengah ketawa)..kamu gimana disana?"
"Baik Pak...yaa...gitu-gitu aja deh, abis dari sini...abis dari sana...ketemu ini...ketemu itu...bla-bla-bla..."

Terus-terang, cerita-cerita aktivitas gue itu hanya untuk menghindari kecanggungan antara gue dan bokap yang memang ngga terbiasa ngobrol akrab dan hangat...Selalu muncul jeda di antara pembicaraan kita, antara excited dan bingung. Rasanya pengin banget bilang kangen or Love you, tapi kok jengah gini. Beda banget kalo ke nyokap.

"Kamu gimana tidurnya? Trus makannya? Jangan lupa ini...jangan lupa itu..."
"Iya pak, iya...", gue cuma nyengir, kangen denger nasehat-nasehatnya yang terkadang suka over dan bikin gue sesak napas.

"Mmm...bapak kangen dissi ya??", terdorong rasa ingin tau, langsung gue tembak dia.
Jeda sedetik.

"Iyaa...", bokap terasa banget sumringahnya di seberang sana, ketawanya berderai-derai.
"Iya, dissi ngimpiin bapak nih, dua hari ini..."
"Masa?"
"Iya, makanya dari kemarin dissi sebenernya pengin telpon, tapi ngga sempet-sempet karena pulangnya malem terus."
"Oh gitu yah?"

Jeda. Bingung. Pembicaraan lalu dilanjutin dengan pertanyaan 'standar dan basa-basi' tentang rumah yang katanya bocor karena hujan beberapa hari kemaren, tentang keponakan gue yang ceriwis, tentang adek-adek gue...hmmm...sebenernya udah mulai canggung lagi, makanya gue buru-buru udahan buat ngilangin 'stress' dan ngobrol gantian sama nyokap. Dan, uh, rasanya kok lega...ngga tau, antara lega udah sedikit ngomongin tentang 'perasaan' kita, atau lega karena buru-buru bisa mengakhiri pembicaraan canggung kita. Dipikir-pikir, kayak mau sidang skripsi aja rasanya...

Then, nyokap kasih informasi bahwa bokap niat pergi haji tahun depan, 2004, dan lagi mempersiapkan diri untuk setahun ke depan. Gue cuma melongo..hah?? Bokap? naik haji? wow!!

"Kok bisa Mah?"
"Ngga tau tuh, tiba-tiba aja...katanya mumpung lagi mampu, kenapa ngga berangkat."
"Emang ada duitnya?"
"Yaa..duit sih ya ada aja.."
"Kamu mau ikut? Nemenin Mamah..."
"Huaaa...mauuu...!"
"Bener???"
"Bener Mah, mau!!"
"Ya udah nanti diomongin lagi di rumah deh. Kalau jadi ya tahun depan, tahun ini buat persiapan aja."

Sepuluh menit gue masih merasa takjub atas apa yang gue denger. Damn! It's soo...surprising! Ngga nyangka kalau akhirnya panggilan untuk bokap ke Tanah Suci dateng juga. Di saat sekarang...di saat bokap udah menjadi bokap yang berbeda dari dulu...di saat dimana justru keadaan finansial kita ngga sekuat dulu...Tapi, panggilan itulah yang memang ditunggu-tunggu bokap. Dia memang orangnya begitu...ngga mau asal naik haji kalau belum merasa ada panggilan, ngga mau ikut-ikutan 'trend', meskipun bukan itu yang menjadi alasan kita mendorong-dorong dia....Kapan lagi? Mumpung ada rejeki kan?

Dan ini sempat gue sesalkan saat krismon '98 ikut menghancurkan bisnis bokap. Kenapa ngga dari dulu-dulu saat ada kesempatan...Gue merasa bokap udah ngga punya kesempatan lagi untuk pergi haji...Gue udah berfikir, mungkin gue akan menghajikan orang tua gue dulu someday, kalau gue diijinin Tuhan punya rejeki lebih, sebelum gue menghajikan diri sendiri...

Dan sesaat setelah sepuluh menit berakhir, gue mengingat-ingat lagi pembicaraan dengan bokap di telpon tadi...Oh, how content I am knowing this news, Dad, though I was the last person knowing this story. Moga-moga masih ada kesempatan panjang, juga niat, untuk menyelesaikannya.

Note: Stupid Dissi was too much concern to herself...too excited knowing her Daddy finally being the one who's telling her first that he misses her, so she forgot to tell him that she misses him too!! Damn! Look who is selfish, young lady!!

No comments: